Kisah Teladan
Rabu, 09 April 2014
Jumat, 06 September 2013
SYEKH ABDUL QODIR AL JAILANI
Nama lengkap beliau adalah Muhyiddin Abu Muhammad Abdul
Qodir Ibnu Abi Sholih Janki Dausat Al Jailani, beliau lahir disebuah kota kecil
Jailani Thabaristan pada tahun 471 H/ 1077 M dan wafat pada bulan Robi’uts
Tsani tahun 561 H/ 1166 M pada usia 91 tahun dan dimakamkan dikota Bagdad.
Sejak kecil beliau pendiam, qona’ah, bertafakkur dan sering
melakukan sesuatu agar lebih baik. Apa yang disebut pengalaman-pengalaman ghoib
(mistik) ketika beliau berusia 18 tahun. Kehausan akan ilmu dan kegairahan
untuk berkumpul bersama orang-orang yang sholeh dan alim telah membawanya ke
Bagdad, kala itu kota Bagdad adalah pusat ilmu dan peradaban, yang mendapat
dukungan dan dorongan yang kuat dari ibundanya, guru-guru beliau diantaranya
adalah Al Qodli abu said Al Mubarrokah, Syekh Abu Hasan Ali bin Yusuf Al
Qusyairi yaitu guru-guru yang mempunyai sanad langsung hingga Muhammad Al Baqir
dan Sayyidina Husen cucu Rosululloh SAW, dalam bidang tasawuf guru-guru beliau
yang terkenal adalah abu Nashr Muhammad bin Al Banna dan Abu Khori Muhammad bin
Ad Dabbas dan Sebagainya.
Betapa banyak ilmu yang dimiliki oleh beliau bahkan beliau
digelari orang Ghaus Al Azn atau Ghaus terbesar, menurut kaum sufi, seorang
ghaus menduduki jenjang robaniah dan keistemawaan kesua dalam hal memohon ampun
dan ridho dari Allah SWT bagi umat manusia setelah para nabi.
Dunia Islam memandang Syekh Abdul Qodir Al Jailani sebagai
Sulthonul Auliya’, raja sekalian waliyulloh dan di barat dikenal sebagai sultan
Of The Saints, raja orang-orang suci.
MAULANA MALIK IBROHIM
Nama lain yang sering dipakai untuk beliau adalah Maulana
Magribi atau Maulana Ibrohim, Maulana Malik Ibrohim bin Zainul Alam Muhyidin
Barokat adalah dari daerah Camday Gurajat termasuk keturunan Rosululloh SAW
yang ke-22 dari Sayyidina Husein bin Sayyidina Ali ra/ Siti Fatimah AZ Zahroh
binti Rosululloh.
Beliau tiba dipulau Jawa tidak diketahui secara pasti, namun
setelah tiba dipulau Jawa beliau menetap disebuah desa yang bernama Leran yang
terletak di Gresik Jawa Timur, kota Gresik saat itu merupakan kota pelabuhan
perdagangan yang sering dikunjungi oleh pedagang dari luar negeri. Desa Leran
inilah beliau mulai menjalankan dakwah Islam, dimana rakyat setempat banyak
tertarik dengan agama baru ini, lalu memeluknya menjadi pengikut Islam.
Pada hari kemudian Maulana Malik Ibrohim menghadap Raja
Majapahit dan menceritakan maksudnya dalam berdakwah agama Islam sekaligus
mengajak Raja Majapahit untuk memeluk agama Islam. Ketika pulang meninggalkan
istana Majapahit, oleh Raja Majapahit ia di beri sebidang tanah di desa Gapura,
Gresik, sebagai tempat mengembangkan ajaran agama Islam. Tanah yang dihadiahkan
Raja Majapahit ini terkenal dengan sebutan “Tanah Perdikan”. Diatas tanah ini
beliau mendirikan sebuah Masjid untuk tempat beribadah dan tempat mengajarkan
ajaran Islam.
Maulana Malik Ibrohim adalah ulama’ besar, seorang wali yang
di anggap sebagai ayah dari “Wali Songo” yang berdiam di Gresik Jawa Timur
sekitar 20 tahun, diperkirakan beliau mulai menetap di Gresik ini pada tahun
1399 M dan meninggal dunia pada tanggal 12 Robiul Awwal tahun 882 H/ 1419 M.
SUNAN KUDUS
Sunan kudus nama lain yang sering disebut adalah Ja’far
Shodiq, Raden Untung dan Raden Amir Haji, beliau adalah putra Raden Rahmat atau
Sunan Ampel Surabaya.
Sunan Kudus tekenal sebagai ulama’ besar yang menguasai ilmu
tafsir Al Qur’an, ilmu hadits, ilmu sastra, mantiq dan terutama sekali adalah
ilmu fiqih, karena itu diantara para Wali Songo, beliau diberi julukan “Waliyul
‘Ilmi” yang artinya wali yang menjadi gudang ilmu, disamping itu beliau juga
terkenal dibidang kesenian ciptaannya yang populer adalah Gending Maskumambang
dan Mijil.
Pada waktu maulud Nabi Muhammad SAW, masyarakat
berduyun-duyun datang di pintu gapura masjid, semua orang harus membaca dua
kalimat syahadat terlebih dahulu sebelum masuk masjid, ini disebut syahadatain,
yaitu ucapan dalam dakwah Islamiyyah dan hingga sekarang termasyhur dengan
sebutan “Sekaten” (dari asal kata syahadatain). Beliau juga seorang pujangga
dan berinisiatif mengarang dongeng-dongeng pondok yang bersifat dan berjiwa
Islami.
Menurut cerita, Sunan Kudus waktu ke Makkah memperoleh
hadiah berupa batu dari seorang Amir yang menurut cerita berasal dari kota Bait
Al Maqdis (Jerussalem) yang di sebut juga “AL-KUDS”, diduga dari kata Al Kuds
inilah asal kata Kudus dan selanjutnya beliau dijuluki dengan Sunan Kudus.
Kamis, 05 September 2013
SUNAN AMPEL
Nama lain Sunan Ampel yang dipakai untuk beliau adalah Raden
Rahmat, sedangkan namanya waktu masih muda adalah Ahmad Rohmatulloh, beliau
adalah putra dari ayah yang bernama Ibrohim Asmoro Ulama’ dari negeri Arab dan
ibunya adalah Candrawulan puteri dari Raja Campa (Kamboja). Puteri Raja Campa
lain yang bernama puteri Darawati kawin dengan Raja Majapahit (Angkawijaya).
Jadi puteri Darawati istri Raja Majapahit adalah bibi atau saudara ibu dari
Raden Rahmat, terus Raden Rahmat atau Sunan Ampel bin Ibrohim Asmoro Ulama’
adalah termasuk keturunan dari Rosululloh SAW yang ke-22, tepatnya dari
silsilah Sayyidina Husein bin Sayyidina Ali ra/ Siti Fatimah Az Zahroh binti
Rosululloh SAW. Setelah Raden Rahmat dianggap cukup ilmunya dan sudah berumur
20 tahun, maka ia dikirim ayahnya ke Tanah Jawa untuk mensyi’arkan agama Islam
dan sekaligus mengunjungi bibinya yaitu puteri Darawati (Istri Raja Majapahit).
Dengan penuh semangat keagamaannya ia mengajak pamannya Angkawijaya (Raja
Majapahit) untuk memeluk agama islam namun tidak berhasil. Walaupun demikian
usaha mensyi’arkan agama Islam tidak dihalangi oleh Raja Majapahit, malah
kemudian Raden Rahmat diangkat menjadi Gubernur di Ampel Surabaya, dari sinilah
beliau diberi kebebasan untuk mensyi’arkan agama Islam. Di Ampel Denta inilah
Raden Rahmat mendirikan pesantren dan sejak saat itu beliau terkenal dengan
sebutan Sunan Ampel.
Raden Rahmat atau Sunan Ampel wafat sekitar tahun 1478 M,
beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel yang terletak di kota Surabaya.
SUNAN BONANG
Ketika remaja nama Sunan Bonang adalah Maulana Makhdum
Ibrohim, beliau adalah putra Sunan Ampel dari Istrinya seorang puteri Tuban
yang bernama Dewi Condrowati atau disebut dengan Nyai Ageng Manila,
diperkirakan beliau hidup diantara tahun 1465-1525 Masehi.
Maulana Makhdum Ibrohim selain mendapat gemblengan ilmu dari
ayahnya sendiri yaitu Sunan Ampel, beliau juga pernah belajar di Pasai Aceh
berguru kepada Maulana Ishak, sesudah belajar di Pasai Aceh Maulana Makhdum
Ibrohim pulang ke Tanah Jawa kemudian diperintahkan Sunan Ampel untuk berdakwah
didaerah Lasem Rembang Tuban dan daerah Sempadan Surabaya.
Dalam berdakwah Maulana Makhdum Ibrohim ini sering
mempergunakan kesenian rakyat untuk menarik simpatik mereka yaitu berupa
seperangkat gamelan yang di sebut bonang, bonang adalah sejenis kuningan yang
di tonjolkan bagian tengahnya. Bila benjolan itu dipukul dengan kayu lunak,
maka timbullah suara yang merdu ditelinga penduduk setempat, karena beliau
sering mempergunakan bonang dalam berdakwah itu, maka masayarakat memberi gelar
Sunan Bonang. Setelah masyarakat direbut simpatinya, tinggal mengisikan
ajaran-ajaran agama Islam kepada mereka. Tembang-tembang yang diajarkan oleh
beliau adalah tembang yang berisikan ajaran Islam, sehingga tanpa terasa
masyarakat sudnh mempelajari agama Islam dengan senang hati dan bukan dengan
paksaan.
Maulana Makhdum Ibrohim atau Sunan Bonang meninggal dunia
pada tahun 1525 Masehi dan dimakamkan disebelah barat Masjid Jami’ Tuban.
Rabu, 04 September 2013
SUNAN DRAJAT
Nama asli Sunan Drajat adalah Raden qosim, beliau adalah
putra Sunan Ampel denegn Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makhdum
Ibrohim atau Sunan Bonang, Raden qosim yang sudah mewarisi ilmu dari ayahnya,
kemudian diperintah untuk berdakwah di sebalah barat Gresik, yaitu daerah yang
kosong dari ulama’ besar antara Tuban dan Gresik.
Raden Qosim mendirikan pesantrean tepatnya di desa jelang
(sekarang termasuk wilayah desa banjarwati) kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan Jawa Timur. Ditempat itu Raden Qosim di sambut masyarakat setempat denegan
antusias sekali, lebih lebih mereka tahu bahwa Raden Qosim adalah putra Sunan
Ampel dan masih terhitung kerabat kerajaan Majapahit. Beliau dalam mensyi’arkan
agama islam unik sekali dengan gamelan pangkur maka banyaklah orang yang datang
berguru kepadanya.
Diantara ajaran Raden Qosim yang terkenal adalah sebagai
berikut :
·
Menehono teken marang wong wuto
·
Menehono mangan marang wong kang luwe
·
Menehono busono marang wong kang mudo
·
Menehono ngiyup marang wong kang kudanan
Adapun maksud dari
kalimat tersebut adalah :
·
Berilah petunjuk kepada orang yang bodoh
·
Sejahterakan kehidupan rakyat yang miskin
·
Ajarkan budi pekerti (etika) kepada orang yang
tidak tahu malu atau belum punya beradapan tinggi
·
Berilah perlindungan kepada orang-orang yang
menderita atau tertimpa musibah
Sikap hidup yang dicontohkan Sunan Drajat adalah agar
pengikutnya dapat mengambil suri tauladan yang seharusnya dilakukan oleh
orang-orang muslim dengan ajaran kolektifisme yaitu ajaran untuk bergotong
royong, hidup rukun, saling tolong menolong. Itulah ajaran islam yang
sebenarnya.
Langganan:
Postingan (Atom)